Tanjungpinang – detik35.Com
Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Ansar Ahmad, menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi daerah saat ini telah memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat. Klaim tersebut didasarkan pada menurunnya tingkat kemiskinan, meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), serta membaiknya sejumlah indikator ekonomi lainnya.
Kalau tingkat kemiskinan kita turun, itu berarti masyarakat benar-benar merasakan hasil dari pertumbuhan ekonomi,” ujar Ansar
Ia menambahkan, kunci perputaran ekonomi daerah sangat bergantung pada dua faktor utama, yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta investasi. Jika keduanya berjalan optimal, maka pertumbuhan ekonomi pun akan terasa luas hingga ke akar rumput. Sebaliknya, kegagalan dalam optimalisasi keduanya bisa berdampak pada stagnasi ekonomi, tingginya angka pengangguran, dan naiknya kemiskinan.
Namun, kondisi di lapangan belum sepenuhnya mencerminkan optimisme pemerintah. Sejumlah warga mengaku belum merasakan perbaikan signifikan dalam kondisi ekonomi mereka.
Salah satunya Erni, pelaku UMKM di kawasan Taman Gurindam 12, Tanjungpinang. Ia mengaku bahwa pendapatannya dari berjualan justru menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kalau dulu cukup buat kebutuhan dan bisa nabung sedikit, sekarang jualan sepi. Untung sehari cuma Rp30 ribu sampai Rp55 ribu, padahal dulu bisa Rp100 ribu,” ungkapnya.
Erni berharap pemerintah lebih peka terhadap kondisi pelaku usaha kecil yang semakin terhimpit oleh lesunya daya beli masyarakat.
Senada dengan itu, Riawan, lulusan S1 Ilmu Administrasi Negara dari UMRAH Tanjungpinang tahun 2024, juga merasakan beratnya tekanan ekonomi saat ini. Meski telah menyelesaikan pendidikan tinggi, ia mengaku belum berhasil mendapatkan pekerjaan.
Sudah kirim lamaran ke mana-mana, tapi belum ada panggilan. Sekarang malah lebih mudah kerja di kedai kopi daripada di kantor,” keluhnya.
Ia sempat mencoba peruntungan dengan membuka usaha kecil di sekitar Jalan Bandara, namun hasilnya tak sesuai harapan. “Tahun-tahun lalu masih bisa dapat pemasukan, sekarang makin sulit cari uang,” tambahnya.
Kondisi ini menunjukkan adanya ketimpangan antara data makroekonomi dan realitas ekonomi mikro yang dirasakan sebagian warga. Pertumbuhan ekonomi yang diklaim meningkat, belum tentu serta merta menyentuh semua lapisan masyarakat—terutama sektor informal, UMKM, dan para pencari kerja baru.(Red)