-->

Notification

×

Iklan

 


Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Di Antara Tugas dan Cinta: Perjuangan Seorang Prajurit di Bumi Cenderawasih

| June 12, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-12T04:22:39Z

Jayapura, Papua ,detik35.Com

Ketika Tugas Memanggil, Hati Tetap Tertinggal di Rumah Suasana pagi di Lanud Silas Papare, Kabupaten Sentani, terasa berbeda. Hening yang memayungi udara bukan karena sepi, tapi karena beratnya perpisahan. Di ujung landasan, satu per satu prajurit Yonif 751/VJS, bagian dari Satgas Pamtas RI-PNG Statis Koops Swasembada, bersiap diberangkatkan menuju Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Tengah—salah satu titik terdepan penjagaan perbatasan Republik Indonesia.


Namun, momen ini bukan sekadar pergeseran pasukan. Ia adalah potret pergulatan batin antara tugas negara dan cinta keluarga. Di antara barisan prajurit yang tegap berdiri, tampak istri-istri mereka yang mencoba tegar. Mata mereka menatap dalam, menyimpan ribuan kata yang tak sempat diucap. Hanya doa yang mengiringi—semoga selamat, semoga kuat, dan semoga pulang utuh.


Seorang istri muda, dengan balita dalam pelukannya, berdiri diam menatap pesawat yang akan membawa suaminya pergi. “Setiap keberangkatan adalah ujian, bukan hanya bagi suami, tapi juga bagi kami yang ditinggalkan,” ucapnya lirih. “Tapi inilah jalan hidup kami. Kami bukan hanya mencintai mereka sebagai suami, tapi juga mencintai tugas mereka sebagai prajurit bangsa.”


Satgas Pamtas RI-PNG Statis Yonif 751/VJS mengemban tugas lebih dari sekadar menjaga garis batas negara. Mereka hadir sebagai representasi negara di titik terluar yang kadang luput dari perhatian. Dalam pelaksanaan tugas, mereka juga menjadi tenaga pendidik, paramedis darurat, jembatan sosial, bahkan pengganti ayah bagi anak-anak pedalaman yang butuh figur teladan.


“Kami tidak hanya membawa senjata, tapi juga membawa harapan,” ungkap salah satu Dansatgas sebelum keberangkatan. “Kami hadir untuk menciptakan rasa aman, membangun kepercayaan masyarakat Papua terhadap negara, dan mewujudkan kedamaian yang lestari.”


Wilayah Pegunungan Bintang bukan tanpa tantangan. Medan berat, cuaca ekstrem, serta keterbatasan akses membuat tugas di sana menjadi kombinasi antara ketahanan fisik dan kekuatan mental. Namun para prajurit ini melangkah tanpa ragu—karena yang mereka bawa bukan hanya logistik dan perlengkapan, tapi juga sumpah setia kepada Merah Putih.


Apa yang jarang terlihat dalam laporan formal militer adalah sisi manusiawi dari seorang prajurit. Mereka bukan robot. Mereka ayah, suami, anak—yang rela meninggalkan kehangatan rumah demi tugas mulia. Setiap langkah mereka di medan tugas adalah potongan pengorbanan yang tak selalu tercatat dalam sejarah besar, tapi nyata terasa dalam kehidupan kecil sehari-hari.


“Prajurit itu bukan hanya orang yang bisa bertempur. Tapi juga orang yang tahu bagaimana mencintai tanpa selalu bersama. Dan tetap setia, meski dipisahkan jarak dan waktu,” ujar Letda Inf R, salah satu perwira yang ikut dalam keberangkatan tersebut.(Red)

×
Berita Terbaru Update