Sukabumi, detik35.com
Langit Cibenda memekik. Bumi bergetar. Satu per satu roket kaliber 122 mm dimuntahkan dari 40 laras peluncur. Uji tembak atau Live Firing Test oleh Korps Marinir TNI AL bukan sekadar demonstrasi — ini pesan kekuatan.
Dalam latihan tertutup namun berisiko tinggi di Sukabumi, Jawa Barat, TNI AL menggelar kekuatan penuh. Roket Multiple Launch Rocket System (MLRS) 90B dan Meriam 35 mm Twin Gun Norico diluncurkan dalam skenario tempur yang dirancang untuk menggambarkan respons cepat terhadap ancaman nyata. Di balik dentuman, tersirat satu pesan: TNI AL sedang memoles taringnya.
“Ini bukan latihan biasa. Ini ujian kesiapan tempur. Evaluasi daya rusak, akurasi, serta kesiapan prajurit dan alutsista,” ujar sumber lapangan yang tak ingin disebutkan namanya.
MLRS 90B adalah sistem peluncur roket berganda yang mampu melepaskan 40 roket secara simultan. Kalibernya 122 mm, radius kehancurannya bisa melumpuhkan area luas hanya dalam hitungan detik. Jika ini digunakan dalam skenario pertempuran laut-ke-darat, dampaknya bisa sangat mematikan bagi kekuatan musuh di garis pantai.
Namun sumber internal mengingatkan bahwa penggunaan MLRS dalam konfigurasi TNI masih terbatas pada peran dukungan tembakan, bukan ofensif penuh. “Kita punya daya gempur, tapi regulasi dan postur pertahanan kita belum sepenuhnya fleksibel,” ujarnya.
Sementara itu, Meriam 35 mm Twin Gun Norico punya tugas berbeda: menembak jatuh pesawat musuh. Dalam latihan kemarin, beberapa target drone diturunkan. Uji ini tidak hanya mengukur kecepatan laras, tapi juga keandalan radar pelacak dan integrasi komando pengendali.
“Kecepatan respons operator jadi kunci. Ini bukan soal seberapa besar senjata, tapi seberapa sigap manusianya,” terang Brigjen TNI Mar Umar Farouq, Komandan Pasmar I.
Live firing test ini disaksikan langsung oleh Aslog Kasal Laksda TNI Eko Sunarjanto dan jajaran elite Marinir. Namun di balik sorotan kamera, masih ada pertanyaan soal keberlanjutan modernisasi alutsista. Beberapa pengamat militer menyoroti soal kelambatan suplai suku cadang dan pelatihan lanjutan yang kadang tersendat karena faktor anggaran.
Di sisi lain, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali telah menegaskan pentingnya latihan berkelanjutan. "Latih terus. Jangan sampai prajurit hanya hafal teori, tapi gugup saat roket mulai bicara," ujarnya dalam kesempatan terpisah.(Red)