Mualem Tinjau Lokasi Banjir Besar Aceh: Sebut Bencana Ini “Tsunami Kedua”

Mualem Tinjau Lokasi Banjir Besar Aceh: Sebut Bencana Ini “Tsunami Kedua”

Banda Aceh – detik35. Com - Gubernur Aceh Muzakir Manaf melakukan peninjauan langsung ke sejumlah daerah yang dilanda banjir dan longsor di wilayah timur hingga tengah Aceh. Bencana besar yang terjadi pada pekan lalu kembali mencoreng duka bagi masyarakat Aceh, mengingatkan pada trauma tsunami 26 Desember 2004 yang telah mengubah wajah provinsi ini.

“Melihat langsung kondisi di lapangan, saya pribadi merasa banjir dan longsor ini seperti tsunami kedua. Dampak kerusakannya sangat memukul masyarakat,” ujar Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem kepada wartawan, Kamis (4/12/2025).

Banjir melanda sekitar 18 kabupaten/kota di Aceh sejak Rabu (26/11), diperburuk hujan deras dengan intensitas tinggi selama berhari-hari. Selain rendaman air hingga 2 meter, material lumpur dan longsoran menutup akses jalan, menghanyutkan rumah warga, merusak jembatan, merendam fasilitas umum, serta memutus pasokan listrik dan air bersih.

Beberapa wilayah mengalami dampak paling parah, di antaranya Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Bireuen, Bener Meriah, dan Aceh Tengah. Ribuan keluarga terpaksa mengungsi, sedangkan sebagian daerah masih terisolir karena akses darat terputus tertimbun longsor.

Dalam peninjauannya, Mualem berdialog dengan warga pengungsi serta meninjau sejumlah posko bantuan dan dapur umum. Ia menyatakan pemerintah provinsi telah mengerahkan seluruh sumber daya dan berkoordinasi lintas instansi, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Aceh, TNI-Polri, Basarnas, dan pemerintah kabupaten/kota.

“Prioritas kita saat ini adalah keselamatan warga, kebutuhan logistik, air bersih, layanan kesehatan, dan percepatan pembukaan akses jalur transportasi. Untuk sekolah dan fasilitas adat serta keagamaan yang rusak, nanti akan masuk dalam tahap rehabilitasi,” tegasnya.

Mualem juga meminta semua pihak tetap waspada, mengingat curah hujan diprediksi masih tinggi hingga beberapa hari ke depan. Ia menginstruksikan camat dan kepala desa membangun sistem pelaporan cepat jika terjadi banjir susulan maupun pergerakan tanah.

“Pemerintah Aceh tidak akan membiarkan rakyat menghadapi situasi ini sendirian. Kita berkomitmen penuh dalam penanganan darurat hingga pemulihan pascabencana,” tambah Mualem.

Sejumlah lembaga kemanusiaan, relawan kampus, dan organisasi masyarakat mulai berdatangan membantu evakuasi dan layanan darurat. Sementara itu, masyarakat Aceh di perantauan turut bergerak menggalang donasi dan bantuan logistik.

Mualem berharap momentum bencana ini menjadi pengingat pentingnya mitigasi dan tata kelola lingkungan yang lebih baik di Aceh. Ia menilai kerusakan hutan, tanggul sungai, dan sistem drainase menjadi faktor besar yang memperburuk dampak banjir.

“Bencana ini bukan hanya duka, tetapi juga peringatan keras bagi kita semua. Penanganannya butuh kerja kolektif dan jangka panjang,” tutupnya.(Red)