Proses Identifikasi Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Surabaya Membutuhkan Waktu 3 Hari, Tim Forensik Andalkan Tes DNA
![]() |
Proses Identifikasi Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Surabaya Membutuhkan Waktu 3 Hari, |
Surabaya - detik35.com - Tim forensik Rumah Sakit (RS) Bhayangkara HS Samsoeri Mertojoso Surabaya memperkirakan proses identifikasi delapan jenazah korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny akan membutuhkan waktu sekitar tiga hari. Hal ini disampaikan oleh Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Pol dr M Khusnan Marzuki, Jumat (3/10/2025), mengingat kondisi jenazah yang memerlukan pemeriksaan mendalam.
"Tes DNA menjadi solusi terakhir apabila identifikasi visual maupun sidik jari tidak memungkinkan," ujar Kombes Pol dr M Khusnan Marzuki. Ia menjelaskan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil tes DNA bisa bervariasi, namun dalam kondisi terbaik diperkirakan sekitar tiga hari.
Saat ini, seluruh jenazah telah dievakuasi ke RS Bhayangkara HS Samsoeri Mertojoso Surabaya untuk dilakukan proses identifikasi. Dari delapan jenazah yang sudah diterima, lima di antaranya telah melalui proses identifikasi awal, namun masih memerlukan pendalaman lebih lanjut. Sementara itu, tiga jenazah lainnya masih dalam tahap pemeriksaan awal.
Tim forensik mengutamakan identifikasi melalui data gigi, terutama bagi korban yang memiliki riwayat pemeriksaan gigi atau foto panoramic. Namun, mengingat kondisi jenazah yang sebagian mengalami kerusakan akibat kejadian tersebut dan lamanya waktu kejadian, identifikasi melalui sidik jari menjadi lebih sulit dilakukan.
Oleh karena itu, pemeriksaan DNA menjadi opsi terakhir yang diandalkan oleh tim forensik. Sampel DNA dari keluarga korban telah dikumpulkan dan akan dikirim ke Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Republik Indonesia (Pusdokkes Polri) untuk dilakukan analisis lebih lanjut.
Hingga saat ini, tim medis telah mengumpulkan 57 sampel DNA dari pihak keluarga korban. Namun, jumlah tersebut masih dapat bertambah seiring dengan adanya laporan tambahan dari keluarga yang merasa kehilangan anggota keluarganya.
Tim forensik juga mengimbau kepada pihak keluarga korban untuk memberikan data ante mortem yang dapat membantu mempercepat proses identifikasi. Data tersebut meliputi foto terakhir korban, pakaian terakhir yang dikenakan, serta barang-barang pribadi yang melekat pada korban saat kejadian.
"Data identitas harus diberikan oleh keluarga, bukan oleh tim (forensik), agar tidak terjadi kesalahan identifikasi," tegas Kombes Pol dr M Khusnan Marzuki.
Secara umum, kondisi jenazah masih dalam keadaan utuh, meskipun terdapat beberapa bagian tubuh yang mengalami kerusakan akibat proses alamiah. Seluruh proses identifikasi dilakukan dengan mengikuti panduan internasional yang berlaku, guna memastikan hasil identifikasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.(Wildan)