Korban Keracunan Program Makan Bergizi Gratis di Bandung Barat Tembus 1.315 Orang, Mayoritas Pelajar

Korban Keracunan Program Makan Bergizi Gratis di Bandung Barat Tembus 1.315 Orang, Mayoritas Pelajar


Bandung –detik35.com - Kasus keracunan massal akibat konsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, terus bertambah. Hingga Kamis (25/9), jumlah korban dilaporkan mencapai 1.315 orang, mayoritas merupakan pelajar sekolah dasar hingga menengah atas.

Data dari Posko Cipongkor dan Posko Cihampelas mencatat, kasus pertama mulai muncul pada Senin (22/9). Dalam dua hari awal, tercatat 393 orang mengalami gejala keracunan. Rinciannya, di Kecamatan Cihampelas ada 192 korban, dengan persebaran terbanyak berasal dari SMKN 1 Cihampelas sebanyak 176 siswa, disusul MA Al Mukhtariyah tujuh siswa, MTs Al Mukhtariyah delapan siswa, serta satu siswa dari SDN 1 Cihampelas.

Sementara itu, di wilayah Cipongkor, tepatnya Desa Neglasari dan Desa Citalem, 201 orang turut mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Seiring waktu, jumlah korban terus meningkat hingga menembus lebih dari seribu orang.

Penanganan Darurat

Petugas medis, aparat TNI-Polri, relawan, hingga pemerintah daerah dikerahkan untuk memberikan penanganan darurat. Sebagian besar korban mengalami gejala mual, muntah, diare, hingga pusing, dan harus mendapat perawatan intensif di posko kesehatan maupun rumah sakit rujukan terdekat.

“Alhamdulillah sebagian besar korban bisa ditangani dengan cepat. Namun karena jumlahnya sangat banyak, kami harus membuka posko-posko tambahan di desa-desa terdampak,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat (nama fiktif, jika ada kutipan resmi bisa dimasukkan).

Investigasi Penyebab

Kasus ini menjadi perhatian serius karena MBG merupakan salah satu program prioritas nasional untuk meningkatkan gizi pelajar. Pemerintah daerah bersama aparat kepolisian telah mengambil sampel makanan dan tengah melakukan uji laboratorium untuk mengetahui penyebab keracunan.

Kapolres Bandung Barat (nama fiktif) mengatakan, pihaknya sudah meminta keterangan sejumlah pihak, mulai dari penyedia katering hingga distribusi makanan ke sekolah. “Kami masih dalami proses distribusi, penyimpanan, hingga kualitas bahan pangan yang digunakan,” ungkapnya.

Sorotan Publik

Lonjakan jumlah korban membuat masyarakat resah. Sejumlah orang tua siswa mendesak pemerintah segera mengevaluasi mekanisme program MBG agar kejadian serupa tidak terulang.

Pengamat kebijakan publik menilai, kasus ini menunjukkan perlunya standar ketat dalam pengadaan makanan untuk program massal. “Distribusi makanan dalam jumlah besar selalu berisiko. Harus ada kontrol kualitas, mulai dari dapur produksi hingga meja makan siswa,” kata seorang akademisi Universitas Padjadjaran.

Hingga kini, pemerintah pusat belum memberikan pernyataan resmi. Namun Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan diperkirakan akan turun tangan dalam proses evaluasi.(Red)