Pekanbaru – detik35.Com
Suasana Gedung DPRD Inhil pagi itu tak seperti biasanya. Tepuk tangan, tawa, bahkan sesekali gumam haru, menyambut kepulangan anak kampung yang kini menjabat orang nomor satu di Riau: Abdul Wahid.
Kunjungan Abdul Wahid ke Indragiri Hilir tak sekadar memenuhi undangan HUT ke-60 kabupaten pesisir itu. Lebih dari itu, ini adalah pulangnya seorang putra daerah yang kini memegang kekuasaan, dan membawa janji perubahan di tangan.
“Saya datang bukan sekadar simbolik. Saya pulang, karena punya amanah yang harus saya tunaikan untuk tanah kelahiran saya,” ucap Wahid dalam pidato emosionalnya, disambut sorakan ‘Hidup Gubernur.!’
Di hadapan anggota DPRD dan para tokoh adat, Wahid menyebut tiga fokus besar untuk Inhil: jalan rusak, akses listrik di wilayah pesisir, dan layanan kesehatan yang belum merata.
Semua itu akan dieksekusi mulai 2026 dengan skema multiyears, meski Riau tengah dililit defisit anggaran.
“Saya tak janji muluk. Tapi walau kita defisit, pembangunan tak boleh berhenti. Kita akan gas, sesuai kemampuan fiskal yang ada,” ujarnya lantang.
Gubernur Wahid sadar bahwa pengawasan publik tengah ketat. Ia pun menjawab langsung kritik yang menyebut dirinya akan ‘memprioritaskan kampung halaman’ secara politis.
“Ini bukan soal memprioritaskan. Ini tentang menunaikan amanah sebagai putra daerah yang tahu luka dan tangis tanah kelahiran,” katanya, disambut anggukan para tetua adat.
Wahid mengakhiri pidatonya dengan pantun yang mengundang tawa, namun ditutup dengan kalimat penuh makna:
“Inhil 60 tahun bukan angka tua, tapi titik balik. Mari mulai babak baru. Jangan lagi bicara ketertinggalan, mari bicara kejar ketertinggalan.”
Dengan itu, sinyal politik dikirim, arah pembangunan ditegaskan, dan pesan emosional ditanamkan. Gubernur Abdul Wahid tidak hanya kembali ke kampung—ia kembali sebagai pemegang kendali.(Red)