"Presiden Prabowo Pimpin Rapat Hilirisasi Baterai, LG Digantikan Huayou, CATL Perkuat Posisi Indonesia di Rantai Industri EV"
Jakarta, detik35.Com
Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/5), membahas arah strategis kelanjutan proyek hilirisasi baterai kendaraan listrik nasional. Fokus utama pertemuan tersebut adalah peralihan investasi dari konsorsium asal Korea Selatan, LG, ke perusahaan Tiongkok, Huayou, serta evaluasi perkembangan proyek sejenis yang digarap bersama Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).
Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam peta investasi industri kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Huayou dikabarkan siap mengambil alih peran LG dalam proyek strategis nasional tersebut, dengan komitmen membangun rantai pasok baterai EV dari hulu ke hilir—mulai dari pengolahan nikel, produksi precursor dan katoda, hingga pabrik sel baterai.
Presiden Prabowo menegaskan bahwa hilirisasi sumber daya mineral strategis, seperti nikel, tetap menjadi prioritas nasional dalam mendorong pertumbuhan industri ramah lingkungan dan peningkatan nilai tambah domestik. “Kita tidak boleh terus mengekspor bahan mentah. Sudah saatnya Indonesia menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik global,” tegas Prabowo di hadapan para menteri dan pejabat tinggi terkait.
Selain Huayou, pemerintah juga memantau ketat progres investasi dari CATL yang tengah membangun ekosistem serupa di Sulawesi dan Maluku. Dengan keterlibatan dua raksasa industri baterai dunia tersebut, Indonesia menargetkan posisi sentral dalam rantai pasok global baterai EV dan mobil listrik, sekaligus membuka peluang besar untuk transfer teknologi dan penciptaan lapangan kerja di sektor manufaktur canggih.
Rapat juga membahas penguatan regulasi dan insentif untuk memastikan keberlanjutan investasi, kepatuhan terhadap standar lingkungan, serta integrasi proyek-proyek tersebut ke dalam rencana besar transisi energi nasional.
Langkah cepat pemerintahan Prabowo-Gibran dalam mengawal proyek hilirisasi ini mencerminkan ambisi Indonesia untuk tidak hanya menjadi pemasok bahan mentah, tetapi produsen utama baterai kendaraan listrik dunia.(Adiba)