BMKG Dorong Nelayan Trenggalek Gunakan Teknologi Cuaca Maritim untuk Tingkatkan Keselamatan dan Produktivitas
![]() |
BMKG Dorong Nelayan Trenggalek Gunakan Teknologi Cuaca Maritim untuk Tingkatkan Keselamatan dan Produktivitas |
Trenggalek , detik35. Com - Dalam upaya meningkatkan keselamatan pelayaran dan hasil tangkapan ikan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendorong para nelayan di Kabupaten Trenggalek untuk memanfaatkan layanan dan teknologi informasi cuaca maritim. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen BMKG dalam memperkuat literasi cuaca dan iklim di kalangan masyarakat pesisir.
Direktur Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, menjelaskan bahwa kondisi cuaca di wilayah perairan selatan Jawa kerap tidak menentu, bahkan sering berubah secara ekstrem dalam waktu singkat. Hal tersebut berpotensi mengancam keselamatan nelayan serta memengaruhi stabilitas produksi perikanan tangkap.
“Cuaca di laut bisa berubah sangat cepat. Nelayan perlu memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk membaca tanda-tanda perubahan cuaca serta memanfaatkan teknologi informasi maritim agar bisa mengambil keputusan dengan tepat sebelum berangkat melaut,” ujarnya dalam kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) yang digelar di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Kabupaten Trenggalek, Sabtu (1/11/2025).
Kegiatan SLCN tersebut diikuti sekitar 70 nelayan yang sehari-hari beroperasi di perairan selatan Jawa Timur. Dalam kegiatan itu, para peserta mendapatkan pelatihan langsung dari tim BMKG mengenai cara mengakses dan memahami layanan informasi cuaca maritim, baik melalui situs web resmi BMKG maupun aplikasi khusus yang telah dikembangkan.
Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah aplikasi Indonesian Weather Information for Shipping (INA-WIS). Aplikasi ini menyediakan data real-time tentang kondisi angin, gelombang, arus laut, hingga potensi cuaca ekstrem yang dapat berpengaruh terhadap aktivitas pelayaran dan penangkapan ikan.
“Melalui aplikasi INA-WIS, nelayan bisa mengetahui area mana yang berisiko tinggi serta waktu yang paling aman untuk berlayar. Semua informasi ini bisa diakses secara gratis oleh masyarakat,” terang Eko.
BMKG juga menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas nelayan melalui kegiatan seperti SLCN menjadi bagian dari program nasional dalam mendukung pembangunan sektor kelautan dan perikanan berkelanjutan. Selain mengurangi risiko kecelakaan laut, pemanfaatan teknologi cuaca diharapkan mampu meningkatkan efisiensi operasional nelayan sehingga berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat pesisir.
Selain memberikan pelatihan teknis, kegiatan ini juga diisi dengan sesi diskusi interaktif. Nelayan peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan berbagai pengalaman dan kendala yang sering mereka hadapi saat melaut, termasuk kesulitan dalam membaca tanda-tanda alam dan keterbatasan akses informasi.
Eko menegaskan bahwa BMKG akan terus memperluas jangkauan kegiatan edukatif seperti ini di berbagai daerah pesisir Indonesia. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor — termasuk dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, pemerintah daerah, dan kelompok nelayan — sangat penting untuk menciptakan ekosistem maritim yang tangguh terhadap perubahan iklim.
“Harapan kami, kegiatan seperti ini tidak hanya meningkatkan keselamatan nelayan, tapi juga menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa data dan teknologi cuaca adalah bagian penting dari kehidupan maritim modern,” tegasnya.
Dengan upaya tersebut, BMKG optimistis para nelayan di Trenggalek dan daerah pesisir lainnya akan semakin mandiri dan adaptif dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem, sehingga hasil tangkapan dapat meningkat tanpa mengorbankan keselamatan. (Novia)
