Belasan Siswa SMPN 9 OKU Keracunan Usai Santap Menu MBG, BGN Diminta Evaluasi Total

https://sidikbangsa.com/wali-kota-pekanbaru-tegaskan-camat-lurah-harus-kerja-nyata/


BATURAJA –detik35.com- Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang pemerintah sebagai salah satu program prioritas kini kembali disorot. Sebanyak 12 siswa SMP Negeri 9 OKU, Desa Tanjung Kemala, Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu, terpaksa mendapat perawatan medis usai mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG, Selasa (23/9).

Sembilan siswa sudah diperbolehkan pulang, sementara tiga lainnya masih dirawat di Klinik Puskesmas Sukaraya. Dua di antaranya bahkan harus diinfus karena muntah berulang kali.

Kepala SMPN 9 OKU, Yanti Yusipa, MPd, menuturkan peristiwa itu terjadi setelah pihak sekolah menerima jatah menu MBG dari pengelola, PT Tidar Catering. “Dari tiga siswa yang masih dirawat, dua di antaranya sampai sekarang masih diinfus karena muntah-muntah usai menyantap makanan MBG,” ungkap Yanti.

Pengawas MBG sekolah, Rianti, menambahkan pihaknya sempat mendapat pesan dari pengelola MBG pada pukul 10.00 WIB melalui aplikasi WhatsApp. Pesan itu meminta agar pihak sekolah membatalkan pembagian makanan kepada siswa karena ada kekhawatiran ayam goreng yang disajikan sudah tidak layak konsumsi akibat konsleting listrik di dapur umum PT Tidar Catering.

“Namun pesan itu datang terlambat, sebab makanan sudah lebih dulu dibagikan kepada siswa,” jelas Rianti.

Tak lama berselang, 12 siswa mengeluhkan mual, pusing, dan muntah. Bahkan, beberapa di antaranya harus dilarikan ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan medis.

Bastian, salah satu siswa yang masih dirawat, mengaku menu makanan yang diterima berbeda dari biasanya. “Makanannya ada bau tidak enak, terutama pada sayur dan ayam goreng. Setelah makan, perut langsung mual dan saya muntah-muntah,” ungkapnya.

Kasus ini menambah panjang daftar insiden keracunan massal yang terkait dengan program MBG di sejumlah daerah. Publik pun menuntut Badan Gizi Nasional (BGN) selaku penanggung jawab utama program agar tidak sekadar menyalahkan pihak katering, tetapi juga melakukan evaluasi menyeluruh terkait standar keamanan pangan, pengawasan distribusi, dan sistem darurat jika terjadi gangguan di dapur umum.

Menurut sejumlah pemerhati pendidikan dan kesehatan masyarakat, lemahnya koordinasi antara BGN, penyedia katering, dan sekolah berpotensi mengorbankan keselamatan anak-anak. “Tidak boleh ada kompromi dalam hal makanan untuk siswa. Kalau ada gangguan teknis seperti listrik padam, mestinya ada protokol darurat agar makanan tidak tetap dipaksakan didistribusikan,” kata seorang aktivis kesehatan anak di Baturaja.

Selain menuntut investigasi cepat, publik juga mendesak BGN memastikan setiap penyedia katering memiliki sarana dapur standar, sistem penyimpanan makanan higienis, serta pengawasan ketat sebelum makanan sampai ke sekolah.

Kasus di SMPN 9 OKU ini dinilai sebagai alarm keras agar BGN tidak hanya mengejar kuantitas distribusi program MBG, tetapi juga menjamin kualitas dan keamanan makanan yang disajikan. Jika tidak, tujuan mulia meningkatkan gizi anak bangsa justru bisa berbalik menjadi ancaman kesehatan massal.(Red/Hariyadi)