Sumatera Utara – detik35. Com
Kasus dugaan suap proyek jalan senilai Rp231,8 miliar di Sumatera Utara (Sumut) terus menyeret sejumlah nama baru. Salah satunya, Deddy Rangkuti, seorang wiraswasta yang dikenal publik dekat dengan Gubernur Sumut, Bobby Nasution.
Pada Jumat (15/8),lalu,Deddy diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Padangsidimpuan. Ia menjadi bagian dari 13 saksi kunci yang dihadirkan bersama sejumlah pejabat dinas, akademisi, dan pihak swasta lain.
Sumber Waspada Online menyebut, Deddy bukan figur asing dalam pusaran proyek infrastruktur. Saat Bobby masih menjabat Wali Kota Medan (2021–2024), namanya kerap disebut sebagai penghubung proyek besar. Ia disebut-sebut berperan sebagai "operator lapangan" yang dipercaya mengatur jaringan kontraktor.
“Nama Deddy Rangkuti sering muncul ketika ada proyek strategis di Medan pada masa Bobby menjabat wali kota. Ia dikenal dekat dan dipercaya meng-handle beberapa pekerjaan besar,” ujar seorang aktivis antikorupsi di Medan yang enggan disebutkan namanya, Minggu (17/8).
Kini, ketika Bobby naik menjadi Gubernur Sumut, sorotan terhadap peran Deddy kembali menguat. Meski berstatus hanya wiraswasta, posisinya dinilai strategis karena memiliki jaringan ke lingkaran kekuasaan, baik di Pemkot Medan maupun Pemprov Sumut.
Presidium Kongres Rakyat Nasional (Kornas), Sutrisno Pangaribuan, menilai pemanggilan Deddy Rangkuti oleh KPK merupakan sinyal penting.
“Kalau KPK berani menelisik peran orang-orang dekat kepala daerah, maka tabir besar praktik rente politik di Sumut akan terbuka. Selama ini publik melihat proyek infrastruktur hanya jadi bancakan elite dan kroninya,” tegas Sutrisno.
Sejauh ini KPK telah memeriksa 42 saksi dan menetapkan 5 tersangka, termasuk Kadis PUPR Sumut nonaktif, Topan Obaja Putra Ginting. Namun penyidik meyakini Topan tidak bekerja sendirian. Ada dugaan adanya ‘tangan besar’ yang mengatur fee proyek 10–20 persen dari nilai kontrak.(Red)