Meulaboh, Detik35
Kabupaten Aceh Barat dulunya dikenal sebagai salah satu daerah penghasil buah rumbia terbesar. Buah ini bahkan sempat menjadi komoditas unggulan yang didistribusikan hingga ke Banda Aceh oleh para pedagang lokal. Namun kini, buah rumbia di Aceh Barat tinggal kenangan. Sudah 15 tahun lebih tanaman rumbia di daerah ini tidak lagi berbuah.
Kondisi ini dirasakan langsung oleh para penjual rujak di Meulaboh. Salah satu pedagang, Eti, menyebutkan bahwa rujak terasa kurang sedap tanpa buah rumbia. "Kalau tak ada buah rumbia, rasa rujak itu beda, kurang sedap," ungkapnya di Meulaboh pekan lalu.
Sementara itu, Adi, warga Dusun Monkulu, Gampong Ladang, Kecamatan Sama Tiga, Aceh Barat, menyebutkan bahwa meski buahnya tak lagi ada, batang rumbia yang disebut juga sebagai batang sagu masih dimanfaatkan. “Batangnya tinggi, kami potong pakai mesin sinso. Satu batang bisa kami beli seharga Rp70.000, lalu kami potong per meter dan jual kembali ke peternakan ayam dan itik dengan harga Rp25.000 per potong,” ujarnya pada Kamis (1/8/2025) pagi.
Batang sagu ini umumnya digunakan sebagai pakan tambahan bagi unggas. “Kami hanya cari untung sedikit, yang penting bisa jalan,” tambah Adi.
Tidak hanya batangnya, daun rumbia pun masih dimanfaatkan masyarakat untuk dijadikan atap tradisional. Menurut beberapa warga, satu gagang daun atap dijual seharga Rp6.000. Dalam sehari, mereka bisa menjahit hingga 15 gagang dan memperoleh penghasilan sekitar Rp90.000.
“Lumayan untuk meringankan beban hidup rumah tangga,” ujar seorang ibu rumah tangga di Gampong Ladang.
Laporan ini dikirimkan untuk mengajak masyarakat agar kembali menaruh perhatian pada potensi kebun rumbia. Meski tak lagi berbuah, tanaman ini tetap memberikan manfaat ekonomi, baik dari batang sagunya maupun dari daun untuk atap rumah. Sebuah contoh nyata bahwa sumber daya lokal bisa tetap bernilai jika dikelola dengan bijak.
(Laporan: Muhibbul Jamil)